Sabtu, 13 September 2014

We're The Freshers







Jadi di kesempatan ini gue akan berbagi cerita tentang ospek di kampus gue.

Dimulai di hari pertama, tanggal 2 September. Semua maba memakai seragam atasan putih dan bawahan hitam, cewek diikat ekor kuda rapi tanpa poni, membawa tas hitam dengan gantungan yang sudah ditetapkan, memakai nametag (yang gak aneh2, tinggal print dan dimasukkan plastic id card), sepatu pantofel hitam plus kaos kaki putih di atas mata kaki. Simple. Bawaan kita di hari pertama pun gak aneh-aneh, semuanya affordable dan mudah kecuali tugas-tugasnya yang pada ujungnya, TIDAK dikumpulkan. Untung gue ngerjain sendiri, kalo beli...bisa hilang sia2 rupiah2 gue. Mungkin berkaca dari kejadian2 di tahun sebelumnya ya, dimana ospek dijadikan ajang perpeloncoan terhadap junior, jadi ospek sekarang dientengin aja. Enteng tapi gak enteng2 banget.

Maba kumpul di depan gedung rektorat berdasarkan cluster masing2. Dari masuk gerbang itu para panitia korlap udah pada tereak2.

"Langkah dipercepat!!" 


"Tidak ada interaksi!!" 


"Gak usah lari!!"

Kira-kira itulah kata-kata yang diteriakkan. Awalnya kaget juga sih, suasana hening, adem ayem, tiba2 kakak2nya tereak2 kenceng banget padahal gapake toa. Hebat. Rasa2nya pengen gue tawarin permen herbal biar suara mereka gak serak. Sebenernya gue agak sebel juga sih ditereakin tapi kemudian gue inget sesuatu: ini ospek, men!

Selesai dengan itu, kita kumpul sesuai cluster masing2 dan mengikuti upacara pembukaan dengan khidmat dan menyenangkan. Mulai dari aksi tim Marching Band, paduan suara, aksi color guard, dan lain2 deh pokoknya keren. Setelahnya, kita digiring masuk ke gedung buat penerimaan materi dan acara2 yang lainnya. Singkat cerita kita udah dapet tempat duduk meskipun banyak yang kudu berhimpit2an, dan (something which cannot be missed) panitia korlap yang galaknya ampun2an. Gue kebetulan kan cluster 1, kebagian duduk di tribun, alhamdulillah bgt dah. Jadinya gue bisa ngeliatin suasana hiruk pikuk yang pada kebagian duduk di bawah. Dan gue memperhatikan satu panitia korlap, yang dandanannya islami sekali, memakai rok sendiri diantara panitia lain yang terlihat garang dengan setelan hitam dan merah. Si panitia islamiah ini ya, kalo diantara panitia yang laen, suaranya paling kenceng sendiri. Gue yang duduk di tribun sampe ngeri ngebayangin jadi maba yg duduk di bawah, gak pengang apa ya telinganya.

Penampilan seseorang benar2 menipu, ya, kawan.

Lalu selanjutnya ada banyak ceramah dari dekan dan kawan2, dari perwakilan aktivis mahasiswa kampus, sampe ishoma. Setelah ishoma, lanjut materi2 lagi. Jujur, kawan, mungkin semua susunan acara ini menyenangkan dan bermanfaat, tapi gue ngantuk berat jadinya gak fokus. Fokus gue malah pas acara mau habis, ada stand-up comedy, oi! Favorit banget pokoknya. Biasanya gue kalo sama comic itu cocok2an ya joke-nya. Sampai detik ini, gue cuma cocok sama Ryan Adriandhy dan Dodit Mulyanto, yang laen gue gabisa ketawa. Ajaibnya, sama comic asli kampus ini gue bisa nyambung bgt asli orangnya menghibur. Mungkin karena joke-nya juga gak lepas dari fenomena2 riil yang terjadi di daerah gue sendiri. Sayang, segalanya harus berakhir dan gue gatau bisa liat dia stand-up lagi kapan. Singkatnya, hari pertama selesai lah.

Hari kedua nanti saja. Capek gue pulang osfak LoL

Rabu, 10 September 2014

The Thing About OSPEK



OSPEK. MOS, kalo jaman kita sekolah menengah. Lo tau apa? Sebut gue idiot atau bodoh atau terserah, tapi gue gak tau kepanjangan dari OSPEK itu apa. Seriusan! Dan gue sama sekali gak berniat buat tau, karena yang muncul di otak gue ketika mendengar OSPEK adalah: senior galak, pemberian materi, tugas, dan barang bawaan yang aneh2 dan ribet. Ketika kita complain tentang tugas2 yang kelewat banyak dan ribet, dosen2 act like there's nothing new 'bout that. Everything seems so ordinary and not out of place, so what is there to be murmured about?

Gitu!

Entah apakah dosen bersekongkol dengan panitia, atau karena mereka pernah mengalami yang lebih kejam dari ini. Opsi kedua yang paling bener, kayaknya. Kalo versi anak mudanya sih mereka kayaknya mencoba untuk berkata semacam ini: "Kalian cuma diginiin doang! Kalian gak tau penderitaan kita dulu kayak gimana!! Sakitnya tuh disini, NAK! DISINI!" *nunjuk pantat*

Indonesia dari dulu emang gini ya orientasinya? Sumpeh lo? Kasian bener.

Selama ini gue cuma bisa iri aja liat film2 luar. Yang orientasinya itu keren2. Mereka pake varsity jaket, hoodie, dan kaos yang ada tulisan universitasnya, terus pegang bendera segitiga yang ada label universitasnya juga, terus kakak seniornya ramah banget. Para mahasiswa baru diajak keliling kampus, trus ntar ada pembagian materinya juga (sama kayak kita), biasanya juga ada game-gamenya. Game yang bikin kita lebih akrab satu sama lain gitu deh.

Iri dah gua.

Kita disini disuruh beli ini itu, dilabelin ini itu, bikin nametag dari anyaman jerami (gak), bikin tugas, pake ini itu, rambut di ini itukan, gitulah, ribet sekaleh. I can complain, but nothing will change. Singkat, padat, jelas, dan lumayan bikin sakit hati. Mungkin semua sudah berubah, mungkin nowadays ospek2 gak sekejam yang terjadi di masa lalu. Dimana banyak korban berjatuhan sampai tewas. Dimana banyak yang dilecehkan. Oke, fine, sekarang bisa dibilang ospek kita sifatnya 'baik' sekali. Compared to the past.

But! Still! Some things don't change!

Kok orientasi kita gini banget sih? Kenapa gak kayak yang di negara2 maju itu aja? Simple, gak ribet, tapi mendidik.

Jawaban mereka mungkin: "Ya mau gimana lagi"

Fine, fine! Sekian opini dari saya kurang lebihnya ya....mau gimana lagi?