Jumat, 28 Maret 2014

Gone With Summer



"It's summer, Ryan. Everybody changes!" said Sharpay. This kept on haunting me since the day I heard it from HSM 2. At that time, I was only 14 (or maybe 13, whatever!), I'd no clue about that. What makes it weird is, I still clearly remember it up till now. Well, a hint for your future, anyone? And now, I definitely understand what that means. Everybody changes, biatch! 

At this rate, all you have to do is just sit in silence while listening to others, and watching the way they behave. If something suddenly clicks then maybe it was that feeling. Yes, that feeling when you think everything is just completely different. Different from yesterday, or maybe last week, or maybe last year. You could just guess. 

What hurts is that suddenly you realize that someone is not by your side anymore. You have no idea why, all you know is that they're slowly walking away from your life. What did I do wrong? Hell, at this rate you only know how to think in paranoia. Blaming yourself for all the things you never did instead of sitting calmly with a cup of coffee in front of you. How stupid could we get. How stupid could I get. That's just how we are and how thing goes. Or is it just me who's beyond everybody's behaviour? Seems closer to it. 

Kamis, 06 Maret 2014

A Sudden Day-Off


YAYYYY!! DAY-OFF!

Ok. Sebenernya ini gak layak untuk dirayakan, karena: D-4 Ujian Sekolah. Jadi sungkan-sungkan sendiri sama Mama, padahal pagi-pagi banget udah nyetrikain seragam gue. Hhhm...jadi gini ceritanya:

Di suatu pagi yang cerah (cerah banget malah, kontras sama malam sebelumnya, hujan angin dimana-mana), gue udah siap-siap mau berangkat ke sekolah, dengan si monster kecil berseragam putih-merah di jok belakang, motor pun melaju dengan riang. (?) Pas mau keluar dari gang rumah, gue udah dihadapkan dengan sebuah pemandangan yang fantastik, lo tau apa? Ya! Truk-truk dan bus-bus berhimpit-himpitan di satu lajur, di bagian yang lain sepeda motor pada bejubel gak karu-karuan. Ini kenapa pula lajur one-way dijadiin two-way? Ini udah bikin mental gue ancur, mau nyampe sekolah jam berapa kalo jalanan segini macetnya? Akhirnya tanpa mengetahui penyebab pasti gue puter balik, ceritanya nih mau lewat jalan alternatif, lewat belakang.

Setelah itu, gue dihadapkan oleh masalah baru, jalan alternatif yang gue kira adalah ide hebat, ternyata malah sebaliknya. Sebuah jalan yang lebarnya gak ada 2 meter itu dilanda kemacetan, ya, macet. total. Kalo waktu itu ada siput yang lagi jalan di sebelah motor gue, gue jamin tuh siput bakal dengan mudah nyalip gue dan gue akan tertinggal 3 meter di belakangnya. Pada waktu itu gue bener-bener gak berani liat jam, takut epilepsi di jalan saking shock-nya. Gak lama kemudian, ada bapak-bapak keluar dari rumahnya sambil bawa sign, tulisannya: Belok kanan. Jalan Alternatif. Kemudian si Bapak bilang, "Lewat sini mbak, terus mentok belok kiri udah nyampe jalan utama". Tentunya gue langsung belok kanan sesuai dengan instruksi yang diberikan, dan tau apa? Jalanannya becek bukan main, tiap kali gue ngerem, rasanya nyeimbangin motor yang bannya slip sana slip sini itu susaaaah banget, sumpah. Gue hanya bisa berdoa sambil nahan dongkol. Gimana enggak? Adek gue yang ada di belakang dengan bahagianya ketawa-ketawa. Mungkin efek ban slip yang aneh dan menggelikan itu terasa menyenangkan bagi dia. Terserah aja deh.

Lantas, setelah melewati kerasnya perjalanan di sepanjang jalur alternatif itu, gue berhasil mengantar si lil' monster ke sekolahnya. Kedongkolan gue akan si kunyuk itu lenyap ketika dia dengan bodohnya turun dari motor, melambaikan tangan ke gue, dan berjalan dengan masih menggunakan helm. Gue yang gak sanggup ketawa cuma diem tanpa ekspresi nungguin tuh anak sadar. Akhirnya dia menyadari kebodohannya lalu berbalik dan ngasih helm itu ke gue. Hahahahaha dasar!

Namun cerita belum berakhir....

Setelahnya, gue terpaksa ngecek jam. Dan voila! 06.45! Itu mah di sekolah udah bel masuk. Kalo berangkat sekarang kan percuma juga kalo telat bakalan di usir. Akhirnya, gue pulang gundah gulana bukan main. As expected, diceramahin sama Mama.

That's okay, I deserve it anyway.